Siapa yang suka film petualangan
membasmi penjahat? Kalau teman-teman suka, ada satu cerita di buku yang sayang
banget untuk ditinggalkan, juga satu film yang ga kalah serunya sama cerita-cerita
petualangan yang lain.
Bagi yang suka baca buku, bisa baca buku A Bug’s Life, yang menceritaka tentang
bagaimana kehidupan serangga, khususnya para semut, yang berjuang melawan
belalang jahat yang ingin merampas semua makanan yang ada di tempat tinggal
para semut tersebut. Penyerangan terhadap belalang dipimpin oleh flick, seekor
semut yang biasa-biasa saja, tapi punya keberanian yang besar untu melawan
belalang-belalang jahat.
Ada lagi cerita yang ga kalah serunya, yaitu Up. Film Up menceritakan tentang seorang kakek tua yang ditemani oleh
seorang anak yang adalah anggota kelompok ----, yang menjalani petualangan seru
demi memenuhi cita-cita si kakek untuk membangun rumah di atas tebing dekat air
terjun. Pastinya cerita-cerita tersebut bermanfaat dan menghibur. Untuk lebih
jelasnya tentang kedua cerita yang sudah disebutkan di atas, lihat tabel di
bawah ini :
Data umum
|
Jenis : buku bacaan bergambar
Judul : A
Bug’s Life (terj : kehidupan serangga)
23 hlm, tahun 2000
|
Jenis : film
Judul : Up
Durasi : 1 jam 28 menit 15 detik, tahun 2009
|
Penyampaian content
|
Menggunakan gambar berwarna
disertai dengan paragraf dalam tiap halaman untuk dibaca.
|
Menggunakan animasi dari karakter
manusia, baik dari tokoh manusia itu sendiri maupun anjing-anjing yang
dipelihara.
|
Content
|
·
Bercerita tentang kehidupan serangga, bagaimana mereka bertahan hidup
ditengah-tengah bahaya dari serangga lain
·
Serta berisi tentang nilai-nilai
kejujuran dan kesetiaan akan kelompoknya.
|
·
Menceritakan kehidupan seorang
kakek yang berpetualang demi
mencapai keinginan membangun rumah di
atas tebing air terjun.
·
Berisi nilai moral mengenai
memberikan ketulusan dalam memberi pertolongan (Russell)
|
Tujuan / materi yang ingin disampaikan/pelajaran
yang bisa diambil
|
·
Mengajarkan tentang pentingnya
berkata jujur kepada orang lain
·
Mengajarkan untuk memberikan
bantuan saat teman memerlukan bantuan
·
Memberikan contoh tentang
kesetiaan kepada kelompok
·
Mengajarkan anak untuk menjadi
lebih kreatif dalam membuat berbagai macam alat.
|
·
Bagaimana seseorang berusaha keras menggapai
cita-citanya
·
Mengajarkan tentang ketulusan
dalam memberikan bantuan kepada orang lain
|
Sasaran pembaca/penonton
|
·
Semua umur namun lebih cocok untuk anak usia pra-sekolah
maupun awal sekolah, karena biasanya mereka membaca suatu cerita masih
memerlukan gambar atau simbolis untuk memperjelas ceritanya, ditambah dengan
tulisan yang relatif sedikit
·
Cocok untuk laki-laki maupun perempuan karena
penggunaan
karakter laki-laki maupun perempuan tidak ada yang terlalu dominan
|
·
Semua umur, namun lebih cocok
untuk anak-anak sekolah dasar, karena untuk anak-anak seusia tersebut lebih
banyak berfantasi mengenai cita-cita mereka dan mengajarkan anak-anak sejak
dini untuk saling memberikan bantuan
·
Cocok untuk laki-laki maupun
perempuan, karena kisahnya bebas gender
|
Pengemasan media (kelebihan & kelemahan)
|
·
Menarik, karena mengambil sudut
pandang kehidupan hewan (serangga) yang juga masih relevan dengan kehidupan
manusia
·
Bermanfaat untuk pengetahuan
anak-anak mengenai kehidupan serangga
·
Konflik dalam cerita sedikit
berputar-putar.
|
·
Penggambaran yang lebih
colourful, sehingga menarik untuk anak-anak.
·
Bermanfaat untuk mengajarkan
kepada anak-anak tentang pentingnya meraih cita-cita
|
Teori yang relevan
|
·
Dalam teori pemrosesan informasi,
pada masa awal anak-anak, mereka sudah mulai berpikir silogisme. Sehingga
mereka dapat mengaitkan karakter dalam tokoh-tokoh di cerita, seperti semut
yang adalah pekerja keras, belalang lebih besar dari semut (Pemrosesan
Informasi dalam Santrock, 2002)
|
·
Anak-anak sekolah dasar masih
memiliki keinginan atau cita-cita yang idealis, artinya hanya sekedar apa
yang mereka sukai dan yang terlihat ‘keren’. Terlihat dari cita-cita si kakek
sewaktu masih kecil, yang ingin membangun rumah di tebing jurang, yang
terlihat mustahil. ( Piaget dalam Santrock, 2002)
·
Pengambilan perspektif dalam
pemahaman diri juga terlihat dari kemampuan anak-anak seusia Russell
dalammengambil perspektif orang lain dan memahami pikiran serta
perasaan-perasaannya. (Robert Selman dalam buku Santrock, tahun 2002)
|
Analisis
dari kedua media :
Seperti cerita anak-anak pada
umumnya, kisah dalam buku A Bug’s Life
maupun film Up juga menggunakan
karakter-karakter yang menarik sehingga anak-anak tidak bosan dan dapat belajar dari tokoh-tokoh
dalam cerita tersebut. Dalam cerita kehidupan serangga yang diterbitkan oleh
Disney and Pixar Animation Studios ini dibuat sesuai dengan kemampuan anak-anak
prasekolah sampai masa awal sekolah, yaitu dengan gambar berwarna dan satu
paragraf tulisan yang menjadi cerita dari gambar tersebut dengan kalimat
langsung maupun kalimat tak langsung. Cerita yang dikemas oleh Disney tersebut
juga imajinatif, sehingga membuat anak-anak ikut membayangkan karakter
masing-masing tokoh, baik dari tokoh semut yang baik maupun belalang yang
jahat. Cerita-cerita serupa yang juga menggunakan hewan sebagai tokohnya biasa
disebut fabel. Melalui cerita yang digambarkan, anak memahami bentuk-bentuk
hewan yang dimaksudkan, sehingga ketika mereka dihadapkan pada gambar yang sama,
mereka akan mengetahui bahwa gambar yang dimaksud ialah hewan tersebut. Selain
itu, anak-anak juga memahami mengenai sifat-sifat hewan, dalam kasus ini
serangga, meskipun ada beberapa karakter yang dibuat sama seperti karakter
manusia. Hal itu dibuat supaya anak-anak dapat lebih mudah dalam memahami isi
cerita dan pesan-pesan yang ingin disampaikan yang disesuaikan dengan kehidupan
manusia. Pemahaman tersebut memerlukan penalaran, yang dalam teori pemrosesan
informasi disebut silogisme. Melalui cerita A
bug’s life, anak diajak untuk ‘berpikir’ mengenai karakter tokoh maupun
hubungan sebab-akibat dari setiap hal yang terjadi, sehingga anak dapat mengambil
suatu kesimpulan yang sesuai dengan ceritanya.
Kelebihan dari cerita dalam buku ialah, orang tua
maupun orang dewasa lainnya dapat melakukan pendekatan atau menjalin keakraban
dengan cara membacakan cerita dalam buku tersebut, dan membuat suasana yang
hidup dengan intonasi maupun mimik wajah sesuai alur ceritanya. Dalam kasus
ini, cerita A bug’s life mengambil
sudut kehidupan semut yang bekerja keras dalam mencari makanan sebagai cadangan
di musim dingin.
Berbeda dengan penyampaian cerita melalui film.
Kisah petualangan yang diceritakan pada film Up yang disutradarai oleh Pete Docter ini juga membawa ketertarikan
tersendiri. Selain dapat melihat setiap gerakan yang terjadi secara detail,
kita juga dapat melihat ekspresi tokoh-tokoh yang muncul, sehingga suasana
ceritapun terasa lebih hidup. Terlebih lagi mengenai isi cerita dan pesan-pesan
yang ditampilkan juga terasa lebih konkret, sehingga anak-anak dapat memahami
bagaimana seharusnya bertindak ketika dihadapkan dengan hal yang sama. Isi
cerita film Up sangat menggambarkan
pola pikir anak-anak yang masih menginginkan sesuatu yang dalam kacamata orang
dewasa terlihat mustahil, yang dalam teori termasuk ke dalam operasional
konkret. Anak hanya mengerti apa yang dia tahu, tanpa mengerti jalan apa yang
harus ditempuh maupun tindakan apa yang harus diambil dalam mencapai semuanya
itu.
Persamaan dari kedua cerita yang berbeda kisah dan
berbeda media tersebut ialah pesan yang terkandung di dalam isi ceritanya.
Karena cerita-cerita ini lebih cocok untuk anak-anak pra-sekolah hingga anak
sekolah dasar, pentingnya pengembangan moral mengenai apa yang baik dan buruk
dalam lingkungan sosialnya juga dapat disampaikan melalui cerita-cerita
tesebut. Dalam kasus kedua cerita ini, ditunjukan mengenai ketulusan dalam memberikan
pertolongan kepada orang lain. Sehingga anak-anak diajarkan bagaimana menolong
orang lain dan saling berbagi.
My
opinion / conclusion :
Dalam memahami sebuah cerita, saya
lebih suka melihat gambar yang dapat bergerak, dengan kata lain, saya lebih
suka menonton dibandingkan membaca. Sekalipun saya menyukai keduanya. Karena
menurut saya, menonton akan membawa sensasi tersendiri dalam pemberian kesan
terhadap cerita yang dibawakan. Gambar yang bergerak akan lebih menarik
perhatian dibandingkan gambar yang hanya ada pada kertas. Namun, seperti yang
telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa cerita dalam buku yang
diceritakan oleh orang tua atau orang dewasa lainnya kepada anak-anak, akan
menimbulkan suatu kelekatan tersendiri. Karena kemungkinan orang tua
berinteraksi secara langsung dengan anak sangat besar dibandingkan dengan
menonton film. Akan lebih baik bila orang tua menggunakan media buku untuk
membawakan suatu cerita, khususnya untuk anak-anak pra-sekolah hingga sekolah
dasar. Selain untuk membangun hubungan yang lebih harmonis, anak juga dilatih
untuk menyukai bacaan, sehingga anak menjadi gemar membaca.
selamat membaca.